Bab 1307
Bab 1307
Bab 1307 Menyelinap ke dalam gedung
Reva: “Aku mau mencari kak Gorban.”
Pelayan: “Ooh, kau mau mencari kak Gorban?”
“Maaf, kak Gorban sedang minum dengan tuan muda Balti di lantai atas.
“Bagaimana kalau kau menunggu sebentar di sini?”
Reva: “Aku ada perlu dengan kak Gorban.”
“Apa kau bisa membawaku naik dulu?”
Si pelayan itu tampak bingung: “Kak, aku benar–benar mohon maaf.”
“Tuan muda Balti yang sedang minum itu tidak suka kalau ada orang lain yang mengganggunya.”
“Bagaimana, kalau kau menunggu di sini sebentar?”
Reva mengernyitkan keningnya. Sepertinya tidak mungkin baginya untuk naik ke atas dengan
cara seperti ini.
Matanya berputar lalu tiba–tiba dia berkata, “Kalau begitu tidak apa–apa. Aku akan menunggu di mobil.”
“Oh ya, ngomong–ngomong, kak Gorban ada di ruangan yang mana?”
Si pelayan itu melirik Reva dengan terkejut, “Kak, kalau tuan muda Balti yang hendak minum, bagaimana mungkin mereka minum di ruangan VIP?”
“Mereka pasti pergi ke lantai sembilan!”
“Itu adalah ruang pribadinya tuan muda Balti!”
Reva tidak berbicara lagi. Dia langsung membalikkan badannya dan berjalan pergi.
Si pelayan itu tampak agak bingung namun dia juga tidak terlalu memikirkannya.
Begitu Reva sampai di luar dia langsung menyelinap ke belakang gedung secara diam – diam.
Dia mengambil jalan memutar dan menemukan pintu belakang yang ada di belakang gedung.
Pintu belakang itu terkunci. Reva berjalan menghampiri dan mencoba untuk menekannya dengan tangannya lalu mendapati bahwa kunci pintu itu tidak terlalu kuat.
Dia menekan posisi kunci pintu itu dengan tangannya kemudian mendorongnya dengan agak Belongs to NôvelDrama.Org - All rights reserved.
kuat kemudian dengan mudah kunci itu terbuka.
Reva menyelinap masuk sambil menutup pintu tersebut.
Begitu dia masuk, ternyata itu adalah sebuah koridor yang panjang.
Reva berjalan di sepanjang koridor itu dan saat berjalan hingga ke ujung, terdengar suara derap langkah kaki di depannya.
Koridor itu sangat panjang dengan ruang kamar yang ada di kedua sisinya dan pintu ruangan itu juga tertutup.
Reva sama sekali tidak punya tempat untuk bersembunyi. Dia hanya bisa menundukkan kepalanya dan bergerak maju.
Tidak lama kemudian, seorang pria berjalan keluar dari pojokan.
Pria itu memegang sebatang rokok dan tampak seperti seorang preman.
Saat melihat Reva dia tampak seolah tak peduli dan sambil tersenyum dia berkata, “Kenapa? Kau juga mau ikut masuk dan bermain ya?”
“Aku kasih tahu yah, gadis yang baru datang kali ini, kualitasnya benar–benar super!”
“Terutama yang satu itu. Katanya dia baru lulus SMA dan baru berumur 18 tahun. Dia baru saja diterima di sebuah universitas terkenal tetapi sudah keburu diculik oleh Gorban dan gengnya.”
“Wahh, kulitnya itu sangat halus dan manis sekali. Kau harus mencobanya…”
Reva mengernyitkan keningnya. Apa di dalam sini juga ada seorang gadis yang diculik?
Dia menjawabnya dengan santai. Karena penerangan di koridor itu tidak terlalu terang sehingga pria itu juga tidak terlalu mengenali dirinya.
Pria itu sama sekali tidak mengenali hingga dia menghampirinya dan bertanya, “Kau… apa kau orang baru? Kenapa aku belum pernah melihat kau…”
Pada saat ini Reva sudah langsung beraksi. Dia mencengkeram leher pria itu.
Pria itu sudah tidak keburu untuk melawannya. Reva langsung mendesak dan menekan dia ke dinding dengan kuat.
Reva menyeretnya ke ujung koridor. Dengan begitu dia juga bisa mencegah agar orang lain tidak bisa masuk lagi.
Dia melihat ke koridor. Tampak ada pintu di sana, sepertinya sebuah ruangan.
Reva mengeluarkan belatinya dan menodongkannya ke leher pria itu. Lalu dia mengecilkan
suaranya dan berkata, “Jangan macam–macam, ya?”
Pria itu mengangguk – angguk. Rasa dingin dari belati itu membuatnya terkejut.
Reva: “Ada apa di dalam sini?”
Pria: “Ini… ini ruang bawah tanah.”
Reva: “Ruang bawah tanah?”
“Ada apa di ruang bawah tanah itu?”
Si pria melirik Reva dengan ragu: “Ruang bawah tanah, itu… itu hanya ruang bawah tanah sana, untuk menyimpan barang….”
Reva tidak banyak bicara dengannya. Dia langsung mencekik leher pria itu dan menusukkan belati itu ke lehernya.
Pria yang lehernya sedang dicekik itu tidak bisa membuat suara apapun meskipun itu terasa menyakitkan.
Reva: “Jangan coba – coba untuk membohongiku!”
“Kalau tidak, aku akan membunuhmu!”
Si pria itu menggeleng–gelengkan kepalanya lagi dan memberi isyarat bahwa dia tidak akan berani berbohong lagi.
Reva mengeluarkan belatinya dan berbisik, “Katakanlah, ada apa di bawah sana?”