Ruang Untukmu

Bad 65



Bad 65

Bab 65

Wanita itu mengambil beberapa foto mereka dan mengirimkan semuanya ke Helen beserta kalimat yang bertuliskan, ‘Nona Helen, kamu mungkin perlu mengawasi pria-mu karena wanita itu sedang mencoba untuk menggodanya!

Helen tengah berbaring di kamar rumah sakitnya dan memeriksa beberapa video di ponselnya saat dia mendapatkan sebuah pesan. Saat dia melihat foto Elan dan Tasya, matanya terbelalak tidak percaya dan amarah bergemuruh di dadanya. Tasya sedang berkencan dengan Elan bersama anaknya!

Dia marah saat berpikir kalau Tasya ingin menjadikan Elan sebagai ayah baru untuk anaknya. Janda seperti dirinya jarang atau malah tidak akan dipilih orang untuk dibawa ke jenjang pernikahan, dan dia sangat mungkin memanfaatkan pengorbanan Amalia bertahun-tahun lalu untuk menjebak Elan dalam sebuah pernikahan sebagai bentuk balasan atas kebaikan tanpa pamrih itu. Tidak hanya itu, dia juga ingin Elan menerima anaknya!

Helen pikir dia sudah mengetahui rencana Tasya, dan dia bersumpah tidak akan membiarkan wanita itu berhasil mencapai tujuannya.

Sepertinya inilah waktu bagi dirinya untuk mendekati keluarga Elan dan memberitahu mereka kalau dia sudah kehilangan kesuciannya agar bisa keluar dari situasi sulit itu.

Sementara itu, di bawah pancaran sinar lampu restoran, Elan terlihat bercahaya dan elegan saat dia menyesap anggur merahnya, sinar lampu membuat dirinya semakin terlihat tampan dan menawan.

Dia mengangkat kepalanya dan melirik ke arah Jodi yang ada di seberang meja. Pada saat itu, dia tiba-tiba merasa kalau dirinya dan bocah cilik itu semakin sering bertemu di waktu-waktu tertentu, yang membuatnya tanpa sadar menyayangi anak itu.Text property © Nôvel(D)ra/ma.Org.

Begitu juga dengan Jódi yang merasakan hal yang sama. Dia hanya pernah bertemu dengan Elan di beberapa tempat, namun hal itu entah kenapa membuatnya merasa hangat dan menganggapnya sebagai pelabuhan yang aman. Sejauh yang dirasakannya, Elan adalah orang yang bisa dia percaya.

Jodi hanyalah anak kecil, dan anak kecil yang merasa nyaman bersama orang lain yang tidak tinggal bersamanya sangat jarang terjadi.

Setelah makan malam sore itu, Elan mengantar mereka pulang ke apaitemen. Tasya memegang tangan Jodi dan membantunya turun dari mobil sebelum menatap Elan, “Terima kasih untuk sore ini.”

Setelah itu, dia membawa Jodi menjauh dari mobil itu dan berjalan menuju apartemen.

Tepat setelahnya, Jodi tiba-tiba berseru, “Mama, karena Pak Elan sudah membelikan kita makan malam, bukankah kita seharusnya mempersilakannya minum the di rumah?”

Tasya membeku. Dia tidak berniat meminta pria itu mampir untuk minum the, tapi karena Jodi sudah mengatakan hal itu sekarang, tidak sopan kalau dia tidak mengajak Elan mampir. “Apa kamu mau mampir untuk minum the?” Tanyanya setelah berbalik untuk menatap pria di kursi kemudi itu.

Dia menyangka kalau pria itu pasti akan menolak, karena jadwalnya yang sibuk atau yang lainnya. Dia hanya bertanya atas dasar formalitas, dan itulah satu-satunya cara agar anaknya yang sopan itu mau pulang.

Akan tetapi, dia sama sekali tidak menyangka Elan akan mematikan mesin mobilnya dan mulai membuka

pintu mobil. Tubuhnya yang tinggi dan tegap akhirnya keluar dari mobil dan berjalan menuju gerbang. “Aku pikir aku perlu minum the,” ucapnya seraya mendekati mereka. Tiba-tiba saja, Tasya merasa tertekan saat melihat sosok tingginya. Aku seharusnya tidak bertanya, ucapnya mendumel sambil menyesali perbuatannya.

“Pak Elan, Anda bisa berhenti dulu di rumahku untuk minum air!” Tawar Jodi sambil melompat senang seolah dia sedang melakukan pentomim.

Dan seperti itulah, Tasya akhirnya membawa pria itu ke rumahnya. Dia menggeledah lemarinya untuk mencari gelas cadangan, namun saat dia tidak berhasil menemukannya, dia memutuskan untuk mengisi gelas Jodi dengan air. Saat dia menyerahkan gelas bergambar kartun itu pada Elan, dia berkata, “Aku harap kamu tidak keberatan memakai gelas putraku.”

Pria itu tidak keberatan sama sekali dan dia langsung meraih gelas itu sebelum meneguk isinya. Sementara itu, bocah kecil itu tengah menyusun susunan kotak di atas sofa. Dia melirik sebuah kotak yang berisi beberapa permainan di atas sofa, dan dalam sekali lihat, dia tahu tidak ada mainan yang terlihat murah di

sana.

Elan segera berpikir kalau mainan-mainan itu pasti dibelikan oleh Nando. Tanpa memikirkan hal itu, dia mengalihkan pandangannya pada Jodi, yang tengah asyik memainkan permainan susunnya, dan kesuraman di matanya langsung menghilang saat melihat hal yang menghangatkan itu.

Sementara itu, hujan kelihatannya akan segera turun. Tasya membawa jemurannya di balkon masuk, namun saat dia melewati ruang tamu, sebuah kain berwarna merah muda jatuh dari genggamannya. Dia tidak menyadari hal itu, namun Elan, dengan mata elangnya, menyadari hal itu.

Kain berwarna merah muda itu adalah celana dalam wanita.

Dia bangkit dari sofa dan meraih kain tipis itu dari lantai. Lalu, dia melangkah menuju ruangan di mana Tasya berada dan berkata, “Hei, kamu menjatuhkan ini.”

Tasya berbalik, dan matanya agak terbelalak saat melihat celana dalamnya tergantung di tangan Elan. Dia segera bergegas mendekati pria itu dan mengambil celana dalam itu dari tangannya, dan wajahnya memerah saat berkata, “Terima kasih.”

Saat itu, sebuah kilat berwarna keunguan muncul di langit yang gelap, dan diikuti oleh suara guntur yang keras.

Jeritan ketakutan anak kecil datang dari ruang tamu diikuti dengan Jodi yang menangis, “Mamal” Dia langsung membuang mainannya dan menutup telinganya dengan kedua tangannya, terlihat ketakutan.

Elan spontan kembali ke sofa dan inenggendong bocah itu, memeluknya erat. Bocah kecil itu ditekan erat ke dada bidangnya, tenggelam dalam pelukan pria itu saat dia beesembunyi dari petir.

Saat Tasya berjalan keluar dari ruangan dengan tergesa-gesa, dia lalu melihat pemandangan Elan yang sedang memeluk Jodi dengan protektif dan erat.

Suara petir lain kembali menyambar di langit, dan kali ini, turun hujan dengan sangat lebat. Bulir-bulir air hujan terlihat di balkon, dan saat Tasya sedang memeriksa cuaca lewat jendela, kilat berwarna putih kembali muncul dengan ganas. Petir yang datang begitu keras bunyinya, membuat Tasya menutup telinga dengan sendirinya. Dia kelihatannya ingin bersembunyi, dirinya juga merasa takut.

Pada saat itu, Jodi memeluk erat Elan, dirinya sangat ketakutan. Saat itulah Elan ingat kalau ketakutan pada


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.